Makna Idiomatik, Ungkapan, Majas dan Peribahasa

Makna Idiomatik dan peribahasa adalah makna yang dapat dibedakan berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, sebelum kita menjelaskan idiomatikal kita perlu mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan idiom. Idiom adalah satuan ujuran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.

Idiom dibedakan menjadi dua yaitu, idiom penuh dan idiom sebagaian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya: banting tulang artinya ’bekerja keras’, meja hijau artinya ’pengadilan’. Sedangkan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar hitam artinya ’daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.

Makna peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna sebagai peribahasa. Contohnya besar pasak dari pada tiang artinya ‘besar pengeluaran dari pada pendapatan’. Makna pribahasa ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka bisanya juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata yang sering digunakan dalam peribahasa yaitu kata seperti, bagai, bak, laksana, umpama, tetapi ada juga peribahasa yang tidak menggunakan kata-kata tersebut namun kesan peribahasanya tetap tampak.

Diksi ialah pilihan kata. Artinya, seseorang  memilih dan menggunakan  kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur yang penting bagi pengarang dalam membuat karangan dan pernyair dalam membuat puisi. Dengan kata yang tepat, pengarang atau penyair dapat mengungkapkan secara tepat apa yang ingin disampaikan kepada pembacanya.

Dalam karang-mengarang baik prosa maupun puisi, diksi berkaitan erat dengan gaya bahasa. Pilihan atau penggunaan kata dalam mengungkapkan sesuatu dapat menjadikan sebuah kata  memiliki kemungkinan makna yang banyak. Kata dapat diartikan secara leksikal atau sesuai konsep, tapi juga dapat diartikan secara kontekstual, sesuai dengan situasi pemakaiannya. Kemungkinan sebuah kata diartikan secara leksikal maupun kontekstual dalam mengungkapkan maksud atau dengan kata lain sebuah kata dapat bermakna denotatif maupun konotatif. Selain kedua makna tersebut, di dalam bahasa Indonesia terdapat pula makna idiomatik, seperti ungkapan, majas, serta peribahasa.

1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan artinya  memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga makna umum.

Makna konotatif  ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa bermakna suci atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos. 
Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul. Dalam sastra populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh. Dalam bercerita pun, penulis populer lebih cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai dengan peminat cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja.

Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi faktor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsur estetika. Bahasa yang dipergunaka akan menjadi ciri khas tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita.

2. Ungkapan Dan Peribahasa
Ungkapan adalah satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang tidak dapat diramalkan berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Contoh ungkapan, yaitu   perang  dingin, kabar angin,  kambing hitam, naik daun. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang mengisahkan maksud tertentu berupa perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Contoh peribahasa, yaitu  habis manis sepah dibuang, bergantung pada akar lapuk, seperti anak ayam kehilangan induk, bagai telur di ujung tanduk.

Ungkapan dan peribahasa juga banyak digunakan dalam cerpen, novel, ataupun puisi. Penggunaan ungkapan dan peribahasa termasuk salah satu unsur gaya bahasa dalam kesusasteraan. Berikut adalah contoh penggunaan ungkapan dan peribahasa pada prosa fiksi, nonfiksi, dan puisi.

3. Penggunaan Majas di Dalam Karya Sastra
Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menimbulkan kesan imajinatif atau menciptakan efek-efek tertentu bagi pembaca atau pendengarnya. Majas terdiri atas: 1). Majas Perbandingan; 2). Majas pertentangan; 3). Majas sindiran; 4). Majas penegasan

a.    Majas Perbandingan
Terdiri atas tujuh bentuk:
1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama.  Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
  Contoh :
  a) Semangatnya keras bagaikan baja.
  b) Mukanya pucat bagai mayat.

2) Metafora
Majas metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat.
 Contoh :
 a) Dia dianggap anak emas majikannya.
 b) Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:
a) Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
b) Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.

4) Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
 Contoh:
 Cerita Kancil dengan Buaya dan Kancil dengan Burung Gagak.

5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
a) Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
b) Melati, lambang kesucian
c) Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.
Contoh:
a)  Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok
gudang garam)
b)  Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi
kapal api)

7) Sinekdokhe
Sinekdokhe adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
 Contoh:
(a)  Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b)  Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk
sebagian.
Contoh:
(a)  Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b)  Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.


b. Majas Sindiran
Terdiri atas 3 macam:
1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud menyindir.
 Contoh:
a)  Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
b)  Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.

2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
 Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan
oleh orang terpelajar sepertimu.
b)  Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh:
a)  Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b)  Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!


c. Majas Penegasan
Terdiri atas tujuh bentuk:
1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
a)  Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b)  Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat
tempur

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
a)  Dialah yang kutunggu,  dialah yang kunanti,  dialah yang
kuharap.
b)   Marilah kita sambut pahlawan kita,  marilah kita sambut idola
kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
a)   Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar
pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup  rukun, akur, dan
bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dan makin lama makin meningkat.
Contoh:
a)  Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri
minyak.
b)  Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun
tak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.

6)  Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menurun.
a)   Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
b)   Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan
HUT RI ke -62

7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
a)  Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal
saja?
b)  Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan?


d.   Majas Pertentangan
Majas pertentangan terdiri atas empat bentuk berikut:
1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a)   Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b)   Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh;
a)  Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b)  Hatiku  merintih di tengah  hingar bingar pesta yang sedang
berlangsung ini.

3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a)  Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b)  Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4)  Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh:
a)  Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b)  Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?






Sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-Macam Gelombang Elektromagnetik

10 Casting Terbaik Di Film Marvel