Misteri Kemampuan Manusia Mengendalikan Api Di Kehidupan Nyata
Bicara tentang pengendalian api atau juga
disebut sebagai Pyrokinesis mungkin yang sempat terlintas di pikiran anda
adalah tentang kartun keluaran Nickelodeon yaitu Avatar The Legend Of
Aang atau mungkin karakter dari beberapa Film Hollywood seperti Pyro di
Film X-Men ada lagi Johny Storm The Human Torch di Film
Fantastic Four.
Lalu, apa yang dimaksud dengan
pyrokinesis itu? Pyrokinesis, berasal dari kata Yunani πυρ (PUR, yang berarti
"api, petir") dan κίνησις (kínesis, yang berarti "gerak").
Sebuah kemampuan yang melebihi dari api. Yang mana mental pemiliknya mampu
memanipulasi api dan panas. Hal ini dapat tercapai dengan melakukan percepatan
partikel untuk meningkatkan suhu hingga mencapai tingkat panas yang ekstrem dan
sanggup memancarkan bunga api sehingga sanggup mengeluarkan api. Sebagian besar
orang dengan karunia ini mempunyai kemampuan untuk meningkatkan suhu pribadi
mereka untuk menghangatkan tubuh, bahkan dalam kondisi paling dingin.
Dalam beberapa tradisi
pyrokinetic (orang yang dapat menggunakan pyrokinesis) dapat membuat api,
tetapi secara "teknis" pyrokinetic hanya dapat memanipulasi api,
meskipun mereka dapat membakar bahan mudah terbakar, membuat api setelahnya.
Kemampuan untuk membuat api
dari udara tipis, tanpa bahan mudah terbakar, disebut "pyrogenesis."
Pyrokinesis berada di bawah payung telekinesis (atau, kadang-kadang,
psikokinesis)dimana seorang praktisi menggunakan pikirannya untuk mempengaruhi
dunia fisik di sekitar mereka.
Secara tradisional seorang
pyrokinetic dapat menyalakan api ketika kondisi sesuai dengan pasokan yang
cukup untuk menciptakan api, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas, kemudian
memanipulasi intensitas api dan arah di mana bahan-bahan itu berada. Jadi
pyrokinetic dapat mengobarkan setumpuk surat kabar dan tidak membakar tirai di
dekatnya , atau menyebabkan api menyebar dengan cepat melalui daerah tertentu
pada kecepatan yang tidak wajar.
Walaupun tidak ada eksperimen
empiris yang telah terbukti sesuai dengan yang ditampilkan oleh tradisi
pyrokinesis populer , kemampuan untuk menghasilkan panas telah ditunjukkan oleh
praktisi seni bela diri tertentu.
Seniman bela diri ini, dengan
memanipulasi energi "chi", mereka dapat memancarkan panas dari tangan
mereka atau bagian lain dari tubuh mereka. Beberapa berpendapat bahwa kemampuan
ini tidak "benar" melainkan hanya pyrokinesis berbentuk bio feedback
dan sekedar kontrol, meningkatkan dan peningkatan kemampuan alami tubuh untuk
menghasilkan panas, sementara yang lain mengatakan bahwa itu adalah kemampuan
manipulasi pikiran dunia materi dan dengan demikian memenuhi syarat sebagai
(telekinesis).
Banyak yang memiliki kemampuan
ini bekerja dengan energi negatif yang cenderung lebih hangat kemudian berubah
bentuk ke energi positif.Pemilik kemampuan ini cenderung penuh energi negatif
dan dengan demikian sangat panas bila disentuh, atau dalam kekurangan energi
negatif sehingga menjadikannya cukup beku untuk disentuh.
Fenomena yang dialami para
penderita pyrokinetics, berbeda dengan yang disebut penghangusan tubuh secara
spontan atau Spontaneous human combustion (SHC). SHC sering berakibat fatal,
karena panas yang terjadi mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu hanya dalam
beberapa menit.
Bisa dibayangkan seberapa kuat
panasnya, bila dibandingkan dengan pembakaran jenazah di krematorium yang
menggunakan panas pada suhu 1.110 C. Perlu waktu 8 jam untuk membakar jenazah
di situ. Itupun, bekas yang ditinggalkan tidak seperti pada peristiwa SHC.
SHC adalah fenomena yang tidak
secara langsung berkaitan dengan pyrokinesis, tetapi kesimpulan logis yang
didapat dan telah ditarik diantara keduanya adalah jika seseorang tiba-tiba
terbakar tanpa alasan yang dapat dipahami tentu saja dapat menjadi target
pyrokinetic, jika seseorang mengandaikan adanya semacam itu. Teori-teori lain
di sekitar keduanya, SHC dan praktisi pyrokinesis yang berjuang untuk
mengendalikan kemampuan mereka dan secara tidak sengaja mengubahnya pada diri
mereka sendiri, sehingga terjadilah SHC.
Manusia Yang Diduga Mempunyai Kemampuan
Pyrokinesis
1. Kasus Willy Brough
Willy Brough (12) dari Turlock,
Kalifornia, misalnya, diduga mampu menyalakan api hanya dengan memandangnya.
Akibatnya, ia harus menerima saja ketika diusir keluarganya karena dianggap
kerasukan roh jahat.Untunglah, seorang petani yang tinggal dekat rumahnya mau
memungut bocah itu dan kembali menyekolahkannya.
Namun sayang, di sekolah baru
ini ia hanya bertahan 1 hari. Karena hanya dalam sehari itu, lima ruang kelas
dilalap api yang bersumber dari sorot matanya. Contoh lainnya adalah Benedetto
Supino dari Formia, dekat Roma, yang selanjutnya mejadi perhatian
masyarakatnya. Bermula pada tahun 1982, ketika buku komik yang dibacanya di
ruang tunggu dokter gigi tiba-tiba menyala.
Sejak itu, ia dan keluarganya
dikejutkan oleh beberapa kebakaran. Meja-kursi dan bermacam-macam barang
lainnya terbakar setiap kali Benedetto melewatinya, termasuk juga seprai tempat
tidurnya, atau barang-barang yang dipegangnya, terutama buku.
Demikian pula dengan barang
yang dipandangnya dengan serius, seperti yang pernah terjadi pada benda plastik
yang dipegang pamannya. Kemampuan itu membuat Benedetto merasa sangat malu,
bahkan tertekan. Sementara para ilmuwan tidak mampu banyak membantunya.
2. Kasus Jennie Bramwell
Nasib mengenaskan lain dialami
Jennie Bramwell yang yatim piatu. Hanya dalam beberapa minggu setelah diadopsi,
di rumah Dawson, keluarga angkatnya di Thorah Island, Ontario. Telah terjadi
berpuluh kali kebakaran kecil. Api yang menjilat langit-langit, dinding,
perabotan, handuk, bahkan kucing kesayangan keluarga, terjadi spontan saat
Jennie ada di dekatnya.
Jennie pun dikembalikan ke
rumah yatim piatu. Profesor Mario Scuncio dari Pusat Kesehatan Sosial Tivoli
memberikan diagnosis yang agak janggal dengan menilai kondisi kejiwaan anak
laki-laki yang pendiam dan kutu buku itu sangat normal.Dr. Giovanni Ballesio,
dekan jurusan pengobatan kesehatan dari Rome University, yang pernah
menyelidiki kemungkinan ketidaknormalan pada orang yang memiliki kemampuan
membangkitkan listrik tinggi pun tidak mampu menemukan penjelasan apa-apa di
balik semua kebakaran itu.
Benedetto hanya menyandarkan
harapannya pada parapsikolog Demetrio Croce yang mencoba mengajarkan bagaimana
mengontrol kemampuannya itu. Vincent H. Gaddis, dalam bukunya Mysterious Fires
and Lights, menyatakan bahwa ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan
gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek sasan.
Begitu gejolak meningkat, objek
menjadi panas. Untuk membakar tirai, baju atau benda lain yang mudah terbakar
hanya perlu beberapa percikan panas. Vincent menulis buku ini berdasarkan
penelitiannya dalam bidang parapsikologi pada tahun 1967.
3. Kasus Jean Lucile Saffin
Pada tahun 1982, seorang wanita cacat bernama Jean Lucille Saffin sedang duduk dengan ayahnya yang berusia 82 tahun di Edmonton, London. Menurut cerita ayahnya, tiba-tiba lidah api muncul begitu saja dan menjilat tubuh anaknya. Ia melihat tubuh bagian atas Jean mulai terbakar. Ia dan menantunya berhasil memadamkan api, namun nyawa Jean tidak tertolong.
4. Kasus Debie Clark
Lain lagi kisah yang satu ini. Pada September 1985, seorang perempuan muda bernama Debbie Clark sedang berjalan kaki pulang ke rumahnya ketika tiba-tiba ia melihat lidah api berwarna biru yang sesekali terlihat muncul di tubuhnya. Debbie yang tidak menyadari situasi berbahaya ini segera memberitahu ibunya yang panik yang segera memadamkannya dengan air.
5. Kasus Susan Motteshead
Hal yang serupa juga pernah terjadi pada tahun 1980 ketika Susan Motteshead yang sedang berada di dapurnya melihat dirinya tiba-tiba diselubungi oleh api. Namun api tersebut tiba-tiba lenyap sebelum sempat membakar tubuhnya lebih lanjut.
3. Kasus Jean Lucile Saffin
Pada tahun 1982, seorang wanita cacat bernama Jean Lucille Saffin sedang duduk dengan ayahnya yang berusia 82 tahun di Edmonton, London. Menurut cerita ayahnya, tiba-tiba lidah api muncul begitu saja dan menjilat tubuh anaknya. Ia melihat tubuh bagian atas Jean mulai terbakar. Ia dan menantunya berhasil memadamkan api, namun nyawa Jean tidak tertolong.
4. Kasus Debie Clark
Lain lagi kisah yang satu ini. Pada September 1985, seorang perempuan muda bernama Debbie Clark sedang berjalan kaki pulang ke rumahnya ketika tiba-tiba ia melihat lidah api berwarna biru yang sesekali terlihat muncul di tubuhnya. Debbie yang tidak menyadari situasi berbahaya ini segera memberitahu ibunya yang panik yang segera memadamkannya dengan air.
5. Kasus Susan Motteshead
Hal yang serupa juga pernah terjadi pada tahun 1980 ketika Susan Motteshead yang sedang berada di dapurnya melihat dirinya tiba-tiba diselubungi oleh api. Namun api tersebut tiba-tiba lenyap sebelum sempat membakar tubuhnya lebih lanjut.
Kemampuan seperti juga
dikembangkan teratur oleh para biksu Tibet bahkan hal ini diujikan dalam proses
inisiasi mereka, dengan membungkus diri dalam lembaran kain dan kertas basah,
dan menghabiskan malam di pegunungan yang dingin, duduk di salju.
Di pagi hari, jika mereka lulus
ujian, kertas dan kain akan mengering dan beberapa salju yang menyentuh tulang
kaki di sekitar biarawan akan meleleh. Kelebihan manusia-manusia tersebut yang
mampu membakar benda-benda disekitarnya memang merupakan suatu kelebihan
sendiri, tetapi bila tidak dapat mengontrol kekuatannya tersebut kelebihannya
itu dapat menjadi suatu kutukan tersendiri.
Percaya atau tidak itu semua tergantung pada Anda. Yang jelas kemampuan manusia masih penuh misteri .
Sumber
Komentar
Posting Komentar