Ternyata Hewan Qurban Tidak Merasakan Sakit Ketika Disembelih
Hal paling kuhindari setiap
Idul Adha, atau Hari Raya Kurban adalah menyaksikan saat-saat penyembelihan.
Selalu setiap tahunnya, sehabis shalat Ied dan Khutbah, aku langsung pulang
menghindarkan diri dari prosesi itu. Entah mengapa aku begitu tak tega melihat
saat hewan-hewan kurban tersebut disembelih lehernya, darah segar mereka yang
mengalir deras, tubuh yang kejang berontak, dan lenguhan menjelang kematian.
Padahal aku tahu bahwa semuanya hanyalah demi berkah dan ridho Allah.
Lain halnya dengan seorang
anggota parlemen wanita Belanda (lho… kok jauh banget ya nyasarnya…). Marian
Theim, ketua Partai Pembela HAM di Belanda, yang juga anggota parlemen Belanda,
meminta dibatasinya cara penyembelihan menurut tata cara agama di Belanda. Ia
menganggap cara penyembelihan menurut ajaran agama merupakan sesuatu yang tidak
‘manusiawi’ dan menimbulkan ekses yang ‘tidak perlu’ bagi binatang.
Entah, pernyataannya tersebut
hanya dikarenakan kepeduliannya kepada hewan atau ada kaitannya dengan
propaganda dalam menyudutkan Islam. Kenyataannya, seiring dengan pesatnya
grafik pertumbuhan Muslim di Eropa, semakin deras dan tajam juga Islam
disudutkan oleh dunia barat. Memotong dan menyalah-artikan suatu ayat Qur’an
dan Hadits merupakan salah satu jalan yang ditempuh untuk menyudutkan kita.
Coba perhatikan hadits Rasulullah tentang
penyembelihan ini:
“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan)
pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan
dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan
dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan
pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).
Kandungan hadits ini agaknya sulit untuk
dijelaskan kepada orang Barat. Kalaupun mengerti dari maksud hadits di atas,
para musuh Islam bisa menjadikannya celah untuk menyudutkan kita. Betapa tidak,
di dalamnya terdapat ungkapan kata seakan-akan Allah memerintahkan kita untuk
“membunuh”. Apalagi secara eksplisit disebutkan pengertian ”…tajamkanlah
pisaunya…!” Bukankah ini menunjukkan bahwa umat Islam memang disuruh dan
dilatih untuk membunuh dengan “kejam”.
Menurut mereka, cara penyembelihan yang paling
‘berperikemanusiaan, adalah dengan membuat hewan sembelihan tersebut tidak
sadar sebelum disembelih. Metode yang dilakukan melalui cara pemingsanan dengan
setrum, bius, maupun dengan cara -yang mereka anggap paling baik- memukul
bagian tertentu di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan
adalah Captive Bolt Pistol (CBV). Dengan cara demikian, hewan yang disembelih
dianggap tidak menderita kesakitan karena disembelih dalam keadaan tidak sadar.
Ketika kita disudutkan dengan penafsiran ‘nakal’
tentang hadits tadi maupun dengan rasa ‘manusiawi’ pada hewan sembelihan, lalu
ditambah dengan sodoran metode yang mereka anggap sangat ‘berperikemanusian’
tadi, apa tanggapan kita? Apa argumentasi dan jawaban untuk meloloskan umat
Islam ketika disudutkan seperti ini? Menolak tanpa bisa memberi argumentasi yang
masuk akal atau menerima saja tuduhan itu dengan setengah hati, yang berarti
‘membenarkan’ tuduhan mereka itu? Apakah memang sangat sulit bagi kita yang
beriman, untuk meyakinkan diri sendiri bahwa Syariat Islam adalah yang terbaik?
Alhamdulillah… Ada sebuah titik terang. Memang
selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada
penguatan Allah dari setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang
mulia ini.
Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan
diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt.,
M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas
Peternakan UGM Yogyakarta:
Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua
staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di
Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin
satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih
baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni
(tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan
pemingsanan)?
Keduanya merancang penelitian sangat canggih,
mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan
otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut
Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang
menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan
mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu
juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat
darah keluar karena disembelih.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan
beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama
beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi
disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya
disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan
dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher
bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh
darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
Patut pula diketahui, syariat Islam tidak
merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat
justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih
dahulu sebelum disembelih.
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh
ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung
sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar
mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan
dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu
dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek
penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih
(dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada
perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah
disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil
merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan
kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan
kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai
meningkat aktivitasnya.
Ketiga
Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung
merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin
darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan
refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal
cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher
tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level
(angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No
feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung
keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat)
yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam
ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan
Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama
Segera setelah dilakukan proses stunning
(pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi
tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi
dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa
(mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit,
tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua
Segera setelah proses pemingsanan, tercatat
adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan
adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul,
sampai jatuh pingsan).
Ketiga
Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan
kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti
berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik
dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari
tubuh.
Keempat
Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa
keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat
darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat),
yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.
Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku
(yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang
sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama
merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat
ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda
dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan
kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka,
pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher
dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim
justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher
(sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah
‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu
menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai
ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’
saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian?
Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak
membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada jawaban dari
setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah dari
setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang mulia ini.
Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan
rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa
hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling
penting, aku dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan
Allah yang tersimpan di dalamnya.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar